Ini dia Review tulisan Afi "Warisan" yang telah menyadarkan banyak orang atas "Perbedaan"


Halo semua sahabat maxinroe, postingan kali ini akan menampilkan isi tulisan dari seorang gadis muda belia yang sedang Viral baru-baru ini akibat Postingan tulisan nya di Facebook begitu sangat bermakna. Ya, bahkan setiap postingan nya di sukai hingga puluhan ribu Like. Tidak ayal, tulisan yang ia posting selalu mendapat respon yang baik seiring ketenaran nama yang kian hari kian di lebih di kenal banyak orang. 

Hidup di jaman bentrok dan perselisihan bergama membuat kaum muda harus memberikan suaranya, agar segala macam kebodohan dalam beranggapan dan perasan paling benar dapat terselesaikan. Ya, yang muda, yang bertindak... Ini lah yang kiranya menjadi perbincangan publik belakangan ini.. Seorang gadis muda belia bernama pena "Afi Nihaya Faradisa", namanya sedang Viral di perbincangkan karena karya tulis yang ia posting di akun Facebook miliknya berisi makna atau pemahaman yang luar biasa. 

Salah satu hasil karya tulis nya berjudul "Warisan", tulisan ini berisi paham akan perbedaan umat beragama. Yang mana perbedaan beragama bukan menjadi suatu hal yang harus di permasalahkan. Tulisan nya yang berjudul "Warisan" ini sukses mendapat respon yang sangat luar biasa dari netizen. Bahkan tulisan nya ini mendapat ribuan like, komen serta Share. 

Nah, berikut "Maxinroe" akan repost bagaimana isi /karya tulis "Afi Nihaya Faradisa" yang berjudul "Warisan" tersebut. Berikut Review nya:


Warisan by Afi Nihaya Faradisa

Kebetulan saya lahir di Indonesia dari keluarga Muslim, maka saya beragama Islam. Seandainya saja saya lahir di swedia atau Israel dari keluarga kristen atai Yahudi, apakah ada jaminan bahwa hari ini saya memeluk "Islam" sebagai agama saya? Tidak, saya tidak bisa memilih dari mana saya akan lahir dan di mana saya akan tinggal setelah di lahirkan. Kewarganegaraan saya warisan, nama saya warisan dan agama saya juga warisan. 

Untungnya saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan yang berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai Warisan dari orang tua dan negara.

Setelah beberapa menit kita lahir, lingkungan menentukan agam, Ras, Suku dan kebangsaan kita setelah itu, kita membela sampai mati segala hal yang bahkan tidak pernah kita putuskan sendiri.

Sejak masih bayi saya didoktrin bahwa islam adalah satu-satu nya agama yang benar. Saya mengasihani mereka yang bukan muslim. Sebab mereka kafir dan matinya masuk neraka. Ternyata, teman saya yang kristen juga punya anggapan yang sama terhadap agamanya. Mereka mengasihani orang yang tidak mengimani yesus sebagai tuhan, karena orang-orang ini akan masuk neraka. Begitulah ajaran agama mereka berkata.

Maka, bayangkan jika kita tak henti menarik satu sama lainnya agar berpindah agama, bayangkan jika masing-masing umat agama tak henti saling beradu superioritas seperti itu, padahal tak akan ada titik temu.

Jalaluddin Rumi mengatakan "Kebenaran adalah selembar cermin di tangantangan tuhan, jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepengina itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh.

Salah satu karakteristik umat beragama memang saling mengklaim kebenaran agamanya.Merek juga tidak butuh pembuktian, namanya saja "Iman". Manusia memang berhak menyampaikan ayat-ayat tuhan. Tapi jangan sekali-sekali mencoba menjadi tuhan.Usah melabeli orang masuk surga atau neraka, sebab kita juga masih menghamba. 

Latar belakang dari semua perselisihan adalah karena masing-masing warisan mengklaimi, "Golonganku adalah yang paling terbaik karena tuhan sendiri yang mengatakanya". Pertanyaan saya adalah kalau bukan tuhan, siapa lagi yang menciptakan seorang muslim, Yahudi, Nasrani, Buddha, Hindu, bahkan AteisAteis dan memelihara mereka semua sampai hari ini?

Tidak ada yang meragukan kekuasaan tuhan, jika dia mau, dia bisa saja menjadikan kita semua "Sama", serupa, seragam, sebangsa, tapi tidak kan?

Apalah jika suatu negara di huni oleh rakyat dengan agama yang samasama, hal itu akan menjamin kerukunan? Tidak!, nyatanya beberapa negara masih rusuh jugajuga padahal agama rakyatnya sama. Sebab,jangan heran ketika sentimen mayoritas Vs Minoritasmasih berkuasa, maka sisi kemanusiaan kita mendadak hilang ntah kemana. 

Bayangkan juga seandainya masing-masing agama menuntut agar kita sucinya di gunakan sebagai dasar negara, maka tinggal tunggu saja kehancuran Indonesia kita. 

Karena itulah yang di gunakan negara dalam mengambil kebijakan dalam bidang politik, hukum, bahkan kemanusiaan bukanlah Alqur'an, Inzil, Tripitaka, Weda, atau kitab suci sebuah agama. Melainkan pancasila, undang-udang dasar 45 dan semboyan Bhineka tunggal Ika dalam perspektif pancasila. Setiap pemeluk agama bebas meyakini dan menjalankan ajaran agamanya, tapi mereka tak berhak memaksakan sudut pandang dan ajaran agamanya untuk di tempatkan sebagai tolak ukurukur penelian terhadap pemeluk agam lainlain. Hanya karena merasa paling benar, umat beragama A tidak berhak mengintervensi kebijakan suatu negara yang terdiri dari bermacam keyakinan. 

Suatu hari di masa depan, kita akan menceritakan kepada anak cucu kita betapa negara ini nyaris tercerai-berai, bukan karena Bom, senjata, peluru, ataupun Rudal tetapi karena orang-orangnya saling mengunggulkan bahkan meributkan warisan masing-masing di media sosial. 

Ketika negara lain sudah pergi kebulan atau merancang Teknologi yang memajukan peradaban, kita masih sibuk merebutkan soal warisan. 

Kita tidak harus berpikir sama, tapi kita harus sama-sama berpikir. 


Nah, diatas merupakan tulisan karya Afi Nihaya Faradisa yang telah berhasil melahirkan kesadaran akan perlunya menjaga Toleransi beragam dan saling menjaga kedaulatan negara meskipun dengan kepercayaan yang berbeda-beda. 

Sungguh tulisan dengan makna yang sangat luar biasa dari tangan seorang anak muda belia "Afi Nihaya Faradisa".

Post a Comment

0 Comments