Kenapa ada tukang becak bergelar sarjana?

Pendidikan merupakan sebuah perjuangan. Agar dapat mengenyam pendidikan terkhusus di bangku sekolah hingga perguruan tinggi membuat orang tua memutar otak agar anak mereka dapat melanjutkan pendidikan hingga pendidikan tertinggi (Sarjana).

Lalu, kenapa persepsi seperti ini masih mengiang di dunia pendidikan terkhusus bagi pelajar (Tukang becak bergelar sarjana). 

Apa yang salah dengan gelar sarjana tersebut?

Gelar sarjana merupakan gelar yang biasanya di sematkan di depan atau di belakang dari nama seseorang yang telah tamat dari perguruan tinggi. 

Seperti mahasiswa tamatan sekolah tinggi keguruan "S1", akan mendapat gelar sarjana (S.Pd).


Dan dengan gelar S.Pd tersebut, di harapkan dapat menjadi tolak ukur meningkatnya kualitas hidup (Mencari kerja).

Lalu, bagaimana jika bergelar sarjana malah bekerja sebagai tukang becak. Apa yang salah?

Berikut beberapa alasan logis, kenapa ada tukang becak bergelar sarjana:


1. Melewati masa pendidikan dengan tidak maksimal

Pertama, kemungkinan ia melewati masa pendidikan terkhusus (Perguruan Tinggi) dengan tidak maksimal.

Akibat bermalas-malasan saat berkuliah, tidak rajin belajar, tidak aktif meningkatkan skill membuat ia tidak memiliki bekal yang cukup agar dapat membuktikan gelar sarjana yang ia terima setelah kelulusan dari perguruan tinggi.

2. Tidak berusaha keras

Kedua, tidak berusaha keras. Usaha menentukan kesuksesan seseorang. Semakin besar usaha yang di lakukan untuk sukses, maka semakin dekat pula dengan kesuksesan tersebut. 

Mereka yang tidak dapat memakai gelar sarjana mungkin di sebabkan oleh kurangnya usaha untuk mencari kerja yang layak sesuai dengan gelar sarjana yang ia sandang.

Terlebih untuk masa di perguruan tinggi, masa-masa ini sangat rawan bagi generasi muda untuk dapat menjadi sukses di masa depannya.

Banyak dari mereka yang bergelar sarjana yang berhasil di luar sana, tetapi banyak juga mereka bergelar sarjana yang malah melarat.

3. Tidak serius kuliah

Ketiga, di sebabkan karena tidak serius kuliah. Serius merupakan sikap yang dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang untuk memperoleh pencapaian yang di inginkan.

Begitu juga dengan masa-masa pendidikan. Mulailah untuk serius dengan masa-masa pendidikan terkhusus (Perguruan Tinggi). Semakin serius dalam melewati masa-masa pendidikan, maka semakin banyak pula ilmu dari bangku kuliah yang bisa di serap dan di aplikasikan pada saat bekerja kelak.

4. Sifat-sifat masa anak SMA yang terbawa di masa pendidikan di perguruan tinggi

Keempat, sifat anak SMA yang masih terbawa hingga pada masa berkuliah. Ini juga menjadi alasan kenapa banyak orang bergelar sarjana tapi hanya title semata.

Mereka masih membawa sifat anak pada masa SMA seperti Cabut, tidak masuk kelas, sering absen, jarang ngumpul tugas dan hal lain yang serupa.

Sifat-sifat tersebut yang dapat menghambat mereka untuk bisa sukses dengan memanfaatkan pendidikan di perguruan tinggi.

5. Bergelar sarjana tidak karena ilmu tetapi karena uang

Terakhir, bergelar sarjana tidak karena ilmu tetapi karena uang. Memutuskan untuk kuliah bukan di iringi niat besar karena mencari ilmu, melainkan hanya ingin merasakan bagaimana sih masa-masa di bangku kuliah.

Bahkan bagi mereka yang memiliki uang banyak, masuk dan mengikuti pelajaran sangat jarang. Tetapi sewaktu ujian mid dan Final ia ikut serta mengikuti ujian. 

Karena sejatinya uang kapan kala bisa habis, tetapi (Ilmu) tidak akan pernah habis walaupun uang di dunia sudah tidak ada lagi. 

Memaksimalkan masa-masa pendidikan sama pentingya untuk dapat menjadi sukses di masa depan. Alasan terbesar kenapa ada tukang becak bergelar sarjana ialah karena ia tidak memaksimalkan masa-masa pendidikan nya di perguruan tinggi. Sehingga sewaktu tamat dari perguruan tinggi tersebut dan mendapat Title (Sarjana), ia tidak mampu untuk mengaplikasikan gelar tersebut di dunia kerja.

Maksimalkan masa pendidikan mu wahai sahabat!

Post a Comment

0 Comments